Mengenal Konsep Dan Definisi Dharma

Mengenal Konsep Dan Definisi Dharma – Tutur dharma pula ditulis selaku dharma, yang berawal dari bahasa Sansekerta serta berarti” hukum” ataupun” kenyataan” . Dharma merupakan sebutan yang dipakai dalam bermacam agama, paling utama yang terdapat dalam Weda , seperti Buddha, Hindu, Jainisme, dan Sikhisme, yang kemudian digunakan dalam spiritualisme.

Mengenal Konsep Dan Definisi Dharma

 Baca Juga : Bernyanyi untuk Buddha

fungdham – Seseorang dapat memilih bagaimana menanggung konsekuensi dari tindakannya.Pada saat ini, itu adalah tempat di mana Dharma, yang mewakili sifat batin seseorang, masuk dan menyadari bahwa ada hukum suci dan prinsip-prinsip moral yang harus diakui dan dipatuhi. Untuk mencapai jalan menuju kesempurnaan dan kebahagiaan di dunia ini, dunia ini, dan dunia selanjutnya.

Pegiat Dharma dicirikan dengan melakukan bagus pada orang lain, meningkatkan keceriaan serta perkerabatan umum , dan mengembangkan perilaku, pikiran, dan praktik spiritual lainnya untuk meningkatkan karakter keberadaan, yang mengarah pada penghentian total kemakmuran, kebahagiaan abadi, dan rasa sakit.

Di sisi lain, kata adharma adalah segala sesuatu yang menyebabkan perpecahan, pemisahan dan mendorong kebencian. Singkatnya, kata adharma adalah kebalikan dari dharma.

Dharma dan Karma

Tiap aksi diiringi dengan respon, dengan memikirkan prinsip ini, bisa disimpulkan bahawa bila seorang bersikap cocok dengan prinsip agama serta moralnya, akhirnya hendak positif, serta seperti itu penyebabnya ia bisa menyambut hadiah pada era saat ini, ialah apa yang dikenali selaku dharma.

Kebalikannya, bila respon aksi yang dicoba oleh orang itu minus, kita terdapat di hadapan karma, serta ia hendak membayarnya kilat ataupun lelet.

Dharma dalam Buddhisme

Dharma, yang diketahui dalam Buddhisme selaku salah satu dari 3 adiratna( kacang tanah) ataupun harta karun Buddhisme, dicirikan oleh aplikasi anutan Buddhisme yang menolong melenyapkan beban serta mendapatkan kenyamanan ataupun kenyamanan hati yang mengizinkan orang menggapai kualiti hidup.

Dharma( difahami selaku anutan) dibahagikan pada 3 set, yang dikenali selaku Tipitaka ataupun Canon Pali, buat uraian yang lebih bagus:

Sutra, panutan Buddha Siddharta Gautama. Vinas, aturan m0nastik yang dibuat oleh Buddha sendiri. Abhidharma, opini oleh bijak dari 2 memo sebelumnya.

 Baca Juga : Mengenal Tentang Agama Buddha Gautama lebih Jauh

Dharma dalam agama Hindu

Dharma dalam agama Hindu ialah aksi laris ataupun aksi apa juga yang mengizinkan orang menggapai keceriaan serta kebahagiaan dalam hidupnya. Kebalikannya, dharma merupakan seluruh aksi laris yang mengizinkan orang itu dekat dengan Tuhan.

Dharma chakra

Chakra dharma, ataupun cakra dharma, merupakan ikon yang menggantikan dharma dalam agama- agama yang berawal dari Veda.

Chakra dharma penuh dengan simbolisme:

Bundaran dalam lukisan menggantikan keutuhan pengajaran dharma. Pusat berarti patuh yang merangkumi bimbingan khalwat. Cincin yang berasosiasi dengan jari- jari, menandakan kesedaran.

Chakra dharma dikenali selaku ikon Buddhisme tertua yang ada dalam seni India. Dalam agama Buddha, ikon ini merangkumi seluruh anutan yang diserahkan oleh Buddha.

Kesimpulannya, ikon ini merupakan sebahagian dari bendera India.

Daftar Situs Judi Slot Online Jackpot Terbesar yang akan memberikan anda keuntungan jackpot terbesar dalam bermain judi online, segera daftar dan mainkan sekarang juga!

Bernyanyi untuk Buddha

Bernyanyi untuk Buddha – Pada musim semi 2016, ketika saya sedang melakukan penelitian di Jakarta, saya bertemu dengan seorang teman (dan informan) Singapura yang sedang berlibur selama beberapa hari di sana. Malam itu saat makan malam, dia dengan antusias berbagi dengan saya tentang konser Hari Waisak Buddhis yang akan datang di Singapura, yang disebut “Sadhu untuk Musik”, yang dia bantu organisir. “Sadhu for the Music,” katanya kepada saya, akan menjadi konser musik kolaborasi pertama yang menampilkan organisasi Buddhis dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura. 3Teman saya, mengetahui bahwa saya sedang mengerjakan sejarah Buddhisme di Indonesia, bertanya apakah saya pernah mendengar tentang band Buddhis Indonesia yang dikenal sebagai “True Direction.” “Mereka menampilkan musik rock Buddhis yang menyerupai lagu pujian dan penyembahan Kristen itu, Anda tahu?” katanya bersemangat. Dia melanjutkan untuk berbagi dengan saya tentang lagu terbaru True Direction, “Dhamma Is My Way,” dan video musik “keren” mereka di YouTube. Ini membuat saya sangat ingin tahu tentang band Buddhis. Ketika saya kembali ke rumah malam itu, saya segera mencari saluran YouTube True Direction dan halaman Facebook, dan tertarik dengan lagu-lagu dan kegiatan keagamaan mereka yang tampaknya “Kristen”. Mengingat penelitian saya tentang Buddhisme Indonesia dan ketertarikan saya pada musik Buddhis, saya mulai mempertimbangkan kemungkinan untuk menyelidiki sejarah dan aktivitas True Direction. Kemudian,

Bernyanyi untuk Buddha

 Baca Juga : Penerapan Dharma Dalam Kehidupan Sehari-hari Untuk Kita

fungdham – Agama Buddha adalah salah satu dari enam agama yang diakui secara resmi di Indonesia saat ini. Berbagai tradisi Buddhis hadir di negara ini, termasuk Theravāda, Mahāyāna, Vajrayāna, serta gerakan Buddhayāna lokal. Menurut sensus nasional Indonesia 2010, umat Buddha membentuk sekitar 0,7% (sekitar 1,7 juta) dari total populasi di negara Muslim terbesar di dunia (Sensus Penduduk 2010). Studi-studi sebelumnya tentang agama Buddha di Indonesia modern telah mencoba untuk mengkaji “kebangkitan” Buddhis dengan menawarkan tinjauan sejarah yang luas tentang perkembangan agama Buddha di abad kedua puluh (Barker 1976; Ishii 1980; Kimura 2003; Linder 2017; Steenbrink 2013; Suryadinata 2005) . Sejumlah cendekiawan memusatkan perhatian mereka pada Ashin Jinarakkhita, yang oleh orang Indonesia dianggap sebagai biksu Buddha kelahiran Indonesia pertama. dan konsep monoteistiknya yang kontroversial tentang “Sang Hyang di-Buddha” pada masa Orde Baru Indonesia (1966–1998) (Bechert 1981; Brown 1987; Chia 2017; Chia 2018; Ekowati 2012). Beberapa penelitian baru-baru ini mengamati kebangkitan budaya, bahasa, dan agama Tionghoa di era pasca-Orde Baru, menyoroti pertumbuhan agama Buddha di banyak wilayah di Indonesia (Suprajitno 2011; Suprajitno 2013; Syukur 2010). Terlepas dari apa yang disebut sebagai “kebangkitan” Buddhis dan beasiswa yang berkembang tentang agama Buddha Indonesia, sejauh ini tidak ada penelitian yang meneliti produksi dan pertunjukan musik Buddhis di Indonesia kontemporer. Beberapa penelitian baru-baru ini mengamati kebangkitan budaya, bahasa, dan agama Tionghoa di era pasca-Orde Baru, menyoroti pertumbuhan agama Buddha di banyak wilayah di Indonesia (Suprajitno 2011; Suprajitno 2013; Syukur 2010). Terlepas dari apa yang disebut sebagai “kebangkitan” Buddhis dan beasiswa yang berkembang tentang agama Buddha Indonesia, sejauh ini tidak ada penelitian yang meneliti produksi dan pertunjukan musik Buddhis di Indonesia kontemporer. Beberapa penelitian baru-baru ini mengamati kebangkitan budaya, bahasa, dan agama Tionghoa di era pasca-Orde Baru, menyoroti pertumbuhan agama Buddha di banyak wilayah di Indonesia (Suprajitno 2011; Suprajitno 2013; Syukur 2010). Terlepas dari apa yang disebut sebagai “kebangkitan” Buddhis dan beasiswa yang berkembang tentang agama Buddha Indonesia, sejauh ini tidak ada penelitian yang meneliti produksi dan pertunjukan musik Buddhis di Indonesia kontemporer.4 Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan musik Buddhis Indonesia melalui kasus organisasi musik Buddhis di Jakarta.

Para Buddholog dan etnomusikolog telah menaruh banyak perhatian pada peran musik dalam tradisi Buddhis. 5Francesca Tarocco (2001) dalam esai ulasannya menunjukkan bahwa musik Buddhis yang terkait dengan beragam tradisi dan praktik dapat dilihat di Asia Selatan, Tenggara dan Timur, serta di komunitas Buddhis Barat. Dia menyarankan bahwa penelitian ilmiah tentang musik Buddhis dapat secara luas dibagi menjadi tiga kategori, yaitu, 1) praktik liturgi yang melibatkan nyanyian dan instrumen paduan suara; 2) praktik para-liturgi dan ritual; dan 3) musik Buddhis baru kontemporer. Sebagai perbandingan, para sarjana tradisi musik Buddhis Cina dan Amerika juga telah mengklasifikasikan musik Buddhis ke dalam tiga kategori. Sementara Pi-yen Chen (2005) menyatakan bahwa “tiga aliran utama” musik Buddhis Tiongkok adalah nyanyian Buddhis, lagu renungan, dan musik komersial, Scott Mitchell (2013) mencatat bahwa tiga bentuk musik Buddhis yang lazim di Amerika adalah nyanyian Buddhis, musik kebaktian dan liturgi, dan ekspresi musik populer. Tinjauan literatur sebelumnya mengungkapkan bahwa musik liturgi dan ritual adalah jenis musik Buddhis yang paling banyak mendapat perhatian ilmiah (lihat Chen 2001; Qing 1994; Szczepanski 2014). Menanggapi kesenjangan ini, segelintir sarjana mulai lebih memperhatikan berbagai bentuk musik Buddhis “baru”, seperti “musik rock”, “himne”, dan “musik populer” dalam masyarakat kontemporer (Cupchik 2016; Lin 2012 ; Mitchell 2014; Steen 1998). Untuk tujuan ini, penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi mengapa dan bagaimana umat Buddha Indonesia menyusun dan menampilkan apa yang oleh para sarjana dianggap sebagai “musik Buddhis baru kontemporer” atau “musik populer” (Mitchell 2013;

Artikel ini menggunakan kasus True Direction untuk mengeksplorasi perkembangan dan penampilan musik Buddhis di Indonesia kontemporer. Saya berpendapat bahwa meskipun musik True Direction dalam banyak hal menyerupai musik Kristen kontemporer, organisasi tersebut tidak memproduksi lagu-lagu Buddhis kontemporer—atau “Buddhist rock” seperti yang saya sebut bentuk musik religi ini—untuk menggantikan praktik kebaktian Buddhis dengan ibadah gaya Kristen. Dengan rock Buddhis, saya merujuk pada musik rock dengan lirik yang berfokus pada prinsip keyakinan dan ajaran Buddhis. Sementara Irvyn Wongso dan rekan-rekannya, seperti rekan-rekan Kristen mereka, mengandalkan musik rock religius sebagai alat evangelis untuk menarik audiens yang lebih muda, mereka menganggap musik Buddhis kontemporer sebagai pelengkap, bukan alternatif, untuk praktik kebaktian Buddhis yang ada. 6Alih-alih meniru ibadah Kristen, True Direction berfungsi sebagai sekolah musik untuk melatih musisi Buddhis dan mempromosikan lagu-lagu rock di samping praktik kebaktian Buddhis yang umum. Dengan demikian, penelitian ini mengungkapkan bahwa umat Buddha Indonesia adalah “local genius” dalam adaptasi selektif musik populer untuk mengemas kembali doktrin Buddha dan menarik pengikut muda dalam masyarakat Indonesia kontemporer. 7

Penelitian ini didasarkan pada kerja lapangan, wawancara, dan penelitian online yang dilakukan antara tahun 2015 dan 2018. Penelitian ini mengacu pada berbagai bahan, termasuk wawancara dengan pendiri True Direction, Irvyn Wongso, dan mantan vokalis grup, Ardy Wong; artikel surat kabar dan majalah; video online dan album foto; dan postingan media sosial. Artikel ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama menawarkan latar belakang singkat tentang sejarah agama Buddha di Indonesia modern. Yang kedua menyajikan biografi Irvyn Wongso, dan membahas pembentukan dan evolusi Arah Sejati. Yang ketiga mengkaji produksi dan penampilan lagu-lagu Buddhis kontemporer oleh True Direction. Bagian terakhir menyelidiki kegiatan True Direction, mengungkapkan bahwa organisasi tersebut memproduksi lagu-lagu rock Buddhis untuk melengkapi, bukan menggantikan,

Sejarah Singkat Agama Buddha di Indonesia Modern

Agama Buddha di Indonesia saat ini tidak banyak, jika tidak tidak ada hubungannya dengan kerajaan Hindu-Budha Sriwijaya dan Majapahit. Sebagian besar umat Buddha di Indonesia saat ini adalah etnis Tionghoa yang bermigrasi ke Hindia Belanda pada masa penjajahan atau keturunan dari nenek moyang pendatang. Pada tahun 1619, Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oost-Indische Compagnie) mendirikan Batavia (sekarang Jakarta) dan mendorong pedagang Cina, yang telah lama terlibat dalam perdagangan rempah-rempah di kerajaan pelabuhan tetangga Banten, untuk bermigrasi ke Batavia. Orang Cina melayani Belanda sebagai kontraktor dan petani pajak, merekrut buruh dan pengrajin dari Cina, dan memasok batu bata dan kayu untuk bangunan dan tembok kota di pemukiman pelabuhan kolonial Belanda selama dua abad berikutnya (Kuhn 2008). Kedatangan dan pemukiman imigran Tionghoa berkontribusi pada penyebaran Buddhisme Tionghoa ke Hindia Belanda sejak awal abad ketujuh belas. Kim Tek Ie (Jinde yuan 金德院, juga dikenal sebagai Vihara Dharma Bhakti), candi Budha tertua di Indonesia, didirikan pada tahun 1650 di Glodok, sebuah distrik Cina di sebelah barat daya dari Batavia. Itu adalah tempat ibadah yang populer di kalangan komunitas Tionghoa perantauan dan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi biksu migran Tionghoa. Namun, sedikit yang diketahui tentang identitas para biarawan ini dan kegiatan keagamaan mereka di Batavia (Franke et al. 1997: xliv–5; Salmon dan Lombard 1980: xviii) . Dari prasasti kuil, tampak bahwa kapitan dan tokoh masyarakat Tionghoa berada di belakang pengelolaan dan pendanaan kuil, sementara para biksu pada umumnya adalah spesialis ritual yang melayani komunitas Tionghoa perantauan (Franke et al. 1997: 11-13).

Migrasi Cina skala besar berikutnya ke Hindia Timur dimulai pada pertengahan abad kesembilan belas dan berlangsung sampai tahun 1930-an (Kuhn 2008). Umat ​​Buddha Indonesia umumnya menganggap Yang Mulia Pen Ching (Benqing本清, 1878–1962, juga dikenal sebagai Mahasthavira Aryamula) sebagai biksu Tionghoa pertama yang aktif menyebarkan Dhamma di Hindia Belanda (Lembaga Litbang Majelis Buddhayana Indonesia 2005). Pen Ching lahir pada tahun 1878 di Fujian, Cina. Pada usia 19, ia menjadi seorang pemula di Guanghua Monastery (Guanghua si廣化寺) di bawah asuhan Mulia Thung Chan (Tongzhan ͨտ ). Pada tahun 1901, Pen Ching melakukan perjalanan ke selatan ke Jawa Belanda untuk pertama kalinya untuk menyebarkan Dhamma. Dia tinggal di Tay Kak Sie (Dajue si通湛), sebuah kuil Cina abad kedelapan belas yang terletak di Semarang, Jawa Tengah, di mana ia mengajarkan Dhamma selama tiga tahun sebelum kembali ke Cina. Setelah kembali, Pen Ching dinominasikan sebagai kepala biara di Biara Guanghua, tetapi dia menolak undangan itu, dan kembali ke Hindia Timur pada tahun berikutnya. Pada tahun 1926, Pen Ching pergi ke Jakarta dan tinggal di sebuah gubuk di halaman sebuah kuil Buddha kecil, yang dikenal sebagai Balai Teratai Giok (Yulian tang玉蓮堂).), di Petak Sinkian. Ketika kuil dipindahkan pada tahun 1949, kepemilikan tanah dipindahkan ke Pen Ching. Pada saat itu, Perang Saudara Tiongkok (1946-1949) dengan kemenangan Komunis yang akan datang berarti bahwa Pen Ching tidak dapat kembali ke Tiongkok. Karena itu, ia memutuskan untuk menetap di Indonesia dan memperluas kuil menjadi biara. Pada tahun 1951, Pen Ching mendirikan Kong Hoa Sie (Guanghua si廣化寺), dinamai dari Biara Guanghua di Tiongkok, yang menjadi kuil Buddha Tiongkok yang penting di Indonesia pascakolonial (Chia 2018; Juangari 1995; Majelis Buddhayāna Indonesia 1990; Salmon dan Lombardia 1980).

Selama era Orde Baru (1966–1998), rezim Suharto curiga terhadap hubungan orang Indonesia Tionghoa dengan Tiongkok komunis dan memperkenalkan kebijakan etnis yang represif untuk mengasimilasi penduduk Tionghoa Indonesia. Pemerintah Indonesia mengumumkan serangkaian undang-undang dan perintah presiden untuk asimilasi ( pribuminasi ) yang ditujukan untuk orang Indonesia Tionghoa (Suryadinata 2007: 266). Selanjutnya, setelah larangan semua acara Tionghoa di tempat umum, kuil Buddha tidak diizinkan untuk menyelenggarakan upacara keagamaan untuk festival Tionghoa, seperti Tahun Baru Imlek, Festival Hantu Lapar, dan Festival Pertengahan Musim Gugur. Akibatnya, umat Buddha tidak bisa lagi menggunakan bahasa dan karakter Tionghoa dalam liturgi dan kitab suci mereka (Chia 2018: 52–53). Seperti yang diceritakan kepada saya oleh informan saya, kitab suci dan mantra Mahāyānas dalam bahasa Cina harus ditransliterasikan ke dalam alfabet Romawi selama periode Orde Baru. Oleh karena itu, organisasi Buddhayāna beralih ke teks-teks berbahasa Pāli bersama dengan pilihan teks-teks Buddhis Tionghoa yang ditransliterasikan untuk praktik liturgi dan ritual mereka (Ananda 2015; Dharmavimala Thera 2015). Selain itu, Ashin Jinarakkhita memperkenalkan konsep kontroversial “Sang Hyang di-Buddha” untuk membuat agama Buddha sesuai dengan sila pertama Pancasila, lima pilar filosofis Indonesia (lihat Brown 1987; Chia 2018; Ekowati 2012; Kimura 2003). Meskipun konsep Ashin Jinarakkhita tentang Sang Hyang di-Buddha diterima oleh pemerintah Suharto, sehingga menjamin kelangsungan agama Buddha selama era Orde Baru, dia menghadapi tentangan dari murid dan rekan Theravādinnya yang mengklaim bahwa dia menyimpang dari ajaran Buddhis “murni”. Akibatnya, lima muridnya meninggalkan Sangha Buddhayāna dan mendirikan organisasi Theravāda baru di Indonesia (Chia 2018: 58–59).

 Baca Juga : Kanon Pāli Merupakan Nashkah Utama Dalam Buddhis Theravada 

Irvyn Wongso dan Pendiri True Direction

Untuk memahami berdirinya True Direction, pertama-tama perlu diketahui pendirinya, Irvyn Wongso (Huang Junzhong黄俊中, b. pada tahun 1978). Arah yang benar, seperti yang saya katakan, baik sebagai sebuah band maupun sebagai sebuah organisasi, sangat erat terkait dengan Irvyn Wongso, sehingga tidak mungkin untuk membicarakannya dalam arti yang manapun tanpa merujuk pada cita-cita, nilai-nilai, dan aktivitas Wongso. Irvyn Wongso lahir pada tahun 1978 dari keluarga Tionghoa Indonesia kelas menengah di Medan, ibu kota provinsi Sumatera Utara. Dia menunjukkan bahwa kedua orang tuanya adalah penganut Buddha, dan ibunya yang taat beragama Buddha sering berdoa dan mempersembahkan jasa kepadanya di kuil selama kehamilannya. Wongso mengaku tertarik pada agama Buddha di usia muda, dan ingin menjadi biksu saat berusia tujuh tahun. Namun, orang tua Wongso tidak ingin putra mereka meninggalkan rumah, dan sebaliknya, mengirimnya untuk belajar di sekolah misionaris Kristen, berharap dia akan berubah pikiran. Di sekolah Kristen, Wongso mengambil kelas Alkitab dan bernyanyi di paduan suara gereja. Seperti yang diceritakan Wongso kepada saya, pengalamannya pergi ke gereja adalah pertama kalinya dia menyadari bahwa musik populer bisa digunakan untuk kegiatan keagamaan (Wongso 2017a).

Meski mengenyam pendidikan di sekolah Kristen, Irvyn Wongso tidak memeluk agama Kristen. Sebaliknya, minat Wongso pada agama Buddha berkembang tanpa sepengetahuan orang tuanya karena ia belajar lebih banyak tentang ajaran Buddha dari Internet. Selama waktu itu, Wongso mempelajari Dhamma dari berbagai situs web Buddhis dan grup obrolan Internet. Ketika pengetahuannya tentang agama Buddha berkembang, Wongso menikmati terlibat dalam debat virtual dengan umat Buddha lainnya. Seperti yang Wongso ceritakan dengan jujur ​​kepada saya, dia berpikir bahwa dia menjadi orang yang “jahat” dan “bertengkar” dengan sengaja menggunakan ajaran Buddha untuk berdebat dan mengkritik orang lain. Wongso kemudian beralih untuk mempelajari praktik meditasi tradisi Buddhis Theravāda, Mahāyāna, dan Vajrayāna, dengan harapan dapat menjadikan dirinya orang yang lebih baik. Dia juga melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk memajukan pengetahuannya tentang ajaran Buddha, mengklaim bahwa dia belajar dengan lama di Bhutan dan di Himalaya serta biksu hutan di Thailand. Menurut Wongso, dia terbuka dan menghormati sekte Buddhis yang berbeda, tetapi dia mengidentifikasi dirinya sebagai Buddhis Theravāda. Ia juga mengatakan bahwa pelatihan meditasinya, ditambah dengan pertemuannya dengan berbagai guru dan teman Buddhis selama perjalanan keagamaannya, menginspirasi banyak lagu yang ia tulis dan ciptakan untuk True Direction, yang akan saya bahas nanti (Wongso 2017a).

Sama seperti kepercayaan Buddhisnya, Irvyn Wongso menjadi tertarik pada musik di usia muda. Dia mulai belajar bermain piano dari ibunya yang adalah seorang guru musik. Dan yang mengejutkan saya, meskipun Wongso bisa bermain piano dengan cukup baik, dia tidak bisa membaca not musik dan telah mempelajari segalanya, seperti yang dia katakan, “dengan telinga dan hati” (Wongso 2017a). Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya, ia melanjutkan ke sekolah menengah atas di Australia Barat, dan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi jurusan teknik sistem komputer di Universitas Curtin di Perth, di mana ia bertemu istrinya dan mereka sekarang memiliki tiga putra. Wongso dengan bercanda menunjukkan kepada saya bahwa gelar sarjananya sama sekali tidak ada hubungannya dengan minatnya pada agama Buddha dan musik, dan terutama, karirnya saat ini di industri musik. Dalam putaran takdir yang aneh,

Mengingat ketertarikannya pada agama Buddha dan musik, Irvyn Wongso mempertimbangkan kemungkinan menggunakan musik untuk menyebarkan ajaran Buddha. Dalam sebuah wawancara otobiografi online, ia menyoroti hubungan yang terjalin antara agama Buddha dan musik, menjelaskan bagaimana musik dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarkan Dhamma dan menyatukan komunitas Buddhis di seluruh dunia:

Seperti yang disarankan oleh pandangannya tentang agama Buddha dan musik, Irvyn Wongso percaya bahwa musik dapat membawa keluarga dan teman-temannya untuk mempelajari ajaran Buddha. Lebih penting lagi, ia menganggap musik sebagai platform ekumenis untuk menyatukan umat Buddha tidak hanya untuk mempelajari Dhamma, tetapi juga untuk berbagi dengan orang lain. Dalam wawancara saya dengan Wongso, saya menggali lebih dalam minatnya pada musik Buddhis dan motivasinya di balik pendirian True Direction. Dia dengan jujur ​​mengungkapkan pengamatannya tentang adegan Buddhis di Indonesia saat ini dan menyoroti perlunya organisasi pemuda Buddhis

Daftar Situs Judi Slot Online Jackpot Terbesar yang akan memberikan anda keuntungan jackpot terbesar dalam bermain judi online, segera daftar dan mainkan sekarang juga!

Penerapan Dharma Dalam Kehidupan Sehari-hari Untuk Kita

Penerapan Dharma Dalam Kehidupan Sehari-hari Untuk Kita – Dalam kehidupan tiap hari kita kerap kali mengikuti tutur dharma, tetapi apa sesungguhnya dharma itu?. Sebutan dharma, dalam anutan Hindu yang pula kerap diucap dengan Hindu Dharma, Dharma itu sendiri kerap dimaksud kecil ialah agama, tetapi sesungguhnya dharma itu lebih besar dari agama. Dharma merupakan sesuatu peranan terhormat, yang memanglah tercakup dalam agama ataupun di luar agama itu sendiri. Sebab seluruh peranan bagus peranan yang bertabiat material( raga) ataupun immaterial( rohani), merupakan dharma sepanjang beliau berdasarkan, berdasar, bergandengan serta berdasar pada konsep.

fungdham

Penerapan Dharma Dalam Kehidupan Sehari-hari Untuk Kita

fungdham – klasik Weda itu sendiri. Jadi Dharma itu bisa dimaksud selaku suatu peranan. Bila kita bertanggung jawab melaksanakan dharma? Dharma ini wajib kita jalani dalam rutinitas kita. Kita tidak cuma berkeyakinan pada dikala di pura saja, ataupun berkeyakinan pada dikala seremoni saja, namun kita wajib berkeyakinan disetiap kehidupan kita. Dharma wajib dicoba tiap dikala dalam kehidupan ini. Dalam purana- purana bersih kita, pula dituturkan bahwa

melaksanakan dharma serupa perihalnya dengan bernafas, ialah menghasilkan serta memasukkan napas tiap dikala. Oleh sebab itu pula dalam Purana, Weda

Baca Juga : Sudut Pandang Dharma Dalam Media Social Dan Modernisasi Global

serta Upaweda kita senantiasa diajarkan pada seorang buat senantiasa mengenang keluhuran Ida Sanghyang Widhi Wasa, Kemahakuasaan- NYA, cinta kasih serta lain serupanya, inilah yang diserahkan pancaran- NYA. Jadi, apapun yang kita jalani tiap hari seharusnya bernafaskan pada bukti itu. Apapun yang kita jalani ini merupakan suatu dharma jasa buat seluruh pemeluk orang. Dharma merupakan sesuatu peranan suci

yang harus kita jalani tiap hari dalam kehidupan resmi ataupun informal. Ilustrasinya seseorang karyawan apakah beliau melaksanakan peranan dharmanya? Iya, ia melaksanakan peranan dharmanya jika beliau bertugas dengan bagus. Apapun profesinya bila dilaksanakan dengan bagus cocok dengan anutan agama hingga bisa dibilang telah melaksanakan dharma, sebab dharma mereka( dalam perihal ini karyawan) merupakan peranan yang ditugaskan oleh pimpinannya buat melakukan sesuatu perihal, serta bila peranan itu telah dilaksanakan dengan bagus, hingga beliau dapat dibilang telah melaksanakan dharmanya.

Tiap dharma telah dilaksanakan bila seorang telah melakukan kewajibannya dengan bagus, cocok dengan ketentuan serta anutan agama. Butuh dikenal kalau Dharma itu tidaklah agama, dharma merupakan suatu peranan luhur

tiap orang, yang wajib dicoba dengan bagus, dengan dedikasi, dengan integritas, dengan intensitas serta pengabdian, hingga seluruh yang dicoba itu merupakan dharma. Serta ini hendak berikan balasan dari tiap perilakunya, sangat tidak balasan yang real kita amati merupakan pendapatan tiap bulannya buat seseorang karyawan, serta pahala- pahala yang lain sepanjang kita melaksanakan suatu dengan bagus cocok ketentuan agama hingga beliau hendak berhasil, cocok dengan apa yang kita jalani. Seperti itu yang diucap dharma, peranan tiap orang merupakan dharmanya. Apapun yang jadi dharmanya wajib dicoba dengan sungguh- sungguh. Dalam Bhagawad Gita III- 35 dituturkan:

lebih bagus melakukan peranan sendiri meski tidak sempurna dari dharmanya orang lain yang dicoba dengan bagus, lebih bagus mati dalam kewajiban sendiri dari dalam kewajiban orang lain yang amat beresiko”.

Alhasil benak serta pemikiran kita jadi sudarsana, ialah mempunyai pandangan serta pemikiran yang sempurna, yang cocok dengan kewajiban kita. Saat ini dengan memahami rancangan peranan selaku sesuatu wujud dharma dalam kehidupan, hingga seharusnya kita memakai dharma kita, peranan kita dengan sebaik- baiknya, sebab dengan melaksanakan dharma sebaik- baiknya berarti kita sudah menggunakan kehidupan ini dengan bagus, kita telah tidak membuang- buang kehidupan ini.

Seluruh dharma merupakan peranan. Kemudian apakah kesalahan itu suatu Dharma?. Kesalahan tidaklah dharma. Kesalahan dapat diamati selaku sesuatu pengawasan mawas diri, mengapa timbulnya kesalahan?. Ini yang wajib kija penyelidikan lebih mendalam. Timbulnya kesalahan tentu disebabkan sebab terdapatnya kesenjangan. Kesenjangan itu misalnya dalam aspek ekonomi, terdapatnya lembah pemisah antara sang banyak serta sang miskin yang begitu luasnya.

Alhasil kemauan sang miskin buat menikmati pula apa yang dinikmati sang banyak begitu besar serta hebatnya. Berikutnya yang tidak takluk berartinya ialah membagikan arahan adab yang bagus, sebab dengan mencuri itu tidak hendak membagikan pemecahan, yang wajib dicoba ialah bertugas dengan lebih aktif. Membagikan mereka motivasi- motivasi buat bertugas lebih aktif lagi.

Dimana terdapat dharma, disitu tentu terdapat kebajikan. Dimana terdapat kebajikan disitu tentu terdapat kelebihan serta kemenangan. Jadi lakukanlah dharma kita buat menggapai bukti itu, buat memperoleh kemenangan serta pada kesimpulannya kehidupan kita senantiasa dalam atmosfer kemenangan serta keceriaan.

Dharma ialah pengatur kehidupan tiap hari pemeluk orang. Dharma ialah dasar dari tapa ataupun kesahajaan. Beliau menuntun mengarah berkecukupan, keelokan, baya jauh serta perkembangan dari generasi. Prilaku kejam serta tidak beradab hendak menuntun mengarah kehinaan, kesedihan, kesakitan serta kematian saat sebelum waktunya.

Dharma bersumber dalam kesusilaan serta pengaturan dharma merupakan Tuhan sendiri Pemeluk Hindu selaku bagian dari masyarakat negeri mempunyai peranan buat mengamalkan anutan dharma cocok dengan dasar hukum yang belaku di sesuatu negeri. Norma ataupun hukum yang legal di Indonesia mempunyai 4 bagian yang jadi dasar, ialah:

  1. Pandangan hidup Pancasila selaku asbes yang melindung bangsa Indonesia dari serbuan luar,
  2. UUD 1945 dasar dari seluruh norma hukum di Indonesia,
  3. Cogan Bhineka Tunggal Ika ialah antusias buat membuat bangsa Indonesia kedepan, dan
  4. NKRI selaku baluarti buat menjaga dan menguatkan asli diri selaku bangsa yang bergengsi. Revitalisasi serta aktualisasi anutan dharma agama serta dharma negeri jadi senjata jitu buat mengalami tantangan di era garis besar.

Usaha revitalisasi wajib dicoba dengan cara sungguh- sungguh sebab tantangan era menuntut kita selaku masyarakat negeri mengerti dengan cara utuh nilai- nilai kebangsaan serta liabel kepada kejadian yang terjalin dikala ini. aktualisasi anutan agama Hindu sanggup menguatkan 4 konsensus buat menggapai tujuan orang hidup di bumi ialah Jagadhita.

Ajaran Tzu Chi

Antusias ajaran Tzu Chi serta anutan Jing Sang beralasan pada anutan Buddha serta Jalur Boshisatwa. Gimana metode kita memeriksa Jalur Boshisatwa? Aku berambisi tiap orang dapat mengaplikasikan Dharma dalam rutinitas serta bersumbangsih selaku Boshisatwa di bumi. Sehabis menggapai pencerahan, Buddha mengatakan pada kita kalau tiap orang mempunyai dasar kebuddhaan. Maksudnya, bukan cuma Dia, Buddha Sakyamuni yang dapat mendapatkan pemahaman, sebetulnya seluruh insan hidup mempunyai dasar kebuddhaan serta tiap orang dapat menggapai kebuddhaan.

Perkata ini amat menginspirasi aku. Perkata ini amat berarti untuk aku. Aku amat memercayainya. Karenanya, aku memakai perkata itu selaku alas anutan Jing Sang. Kita wajib mengaplikasikan anutan Buddha. Karena seluruh orang mempunyai dasar kebuddhaan, kita wajib meluhurkan diri sendiri sekalian meluhurkan orang lain. Inilah prinsip penting kita. Aku berambisi tiap insan Tzu Chi dapat membuat akad terhormat. Ini sebab anutan Jing Sang memiliki 4 Akad Agung Boshisatwa. 4 Akad Agung Boshisatwa berarti kita wajib membangkitkan batin buat membimbing serta membantu seluruh insan. Ketahuilah kalau tujuan penting Buddha tiba ke bumi merupakan buat membimbing seluruh insan.

Karena kita mau meneladani Buddha, hingga kita wajib membuat akad yang serupa semacam Buddha, ialah berjanji buat melindungi seluruh insan yang tidak terbatas. Hendak namun, seluruh insan mempunyai bercak hati yang tidak akhir.

Tiap orang mempunyai bercak serta kemalaman hati. Tiap orang mempunyai tabiat kurang baik alhasil susah buat bertugas serupa dengan serasi. Karenanya, tiap hari aku menegaskan kamu buat bertugas serupa dengan serasi. Kita wajib bersuatu batin, serasi, silih mencintai, serta bergotong royong. Dengan begitu, kemudian kita dapat benar- benar melenyapkan tabiat kurang baik kita. Tabiat kurang baik timbul sebab terdapatnya bercak hati. Tiap orang mempunyai bercak hati yang berbeda- beda serta itu seluruh menghasilkan tabiat kurang baik yang tidak batasan. Buat menggapai kebuddhaan, kita wajib melenyapkan bercak hati yang tidak akhir ini. Kita wajib membuat akad agung buat melenyapkan bercak hati.

Dharma bagaikan air. Dengan menyambut Dharma yang bagaikan air bening, kemudian kita dapat mensterilkan bercak hati. Cuma dengan meresap Dharma ke dalam batin, kemudian kita dapat mengetahui,“ Nyatanya ini seluruh sebab tabiat kurang baik aku. Nyatanya ini seluruh sebab kemalaman hati yang kosong serta tidak dasar.” Bila begitu, kenapa kita membiarkan kemalaman hati penuhi benak kita? Tujuan Buddha tiba ke bumi merupakan buat membuka benak serta membimbing seluruh insan.

Karena insan hidup mempunyai tabiat kurang baik serta bercak hati yang tebal, hingga buat melenyapkan bercak hati yang tidak batasan ini, Buddha memakai bermacam tata cara ahli. Ini seluruh bermaksud buat membimbing dengan cara lembut supaya tiap orang dapat menyambut anutan Buddha. Buddha lalu membimbing dengan cara lambat- laun sampai tiap orang dapat menguasai isi batin Buddha serta perkata yang mau Dia sampaikan pada seluruh insan, ialah seluruh orang dapat menggapai kebuddhaan serta dapat mendapatkan pemahaman semacam Dia.

Tiap orang dari kita mempunyai dasar kebuddhaan. mempunyai dasar kebuddhaan. Karenanya, kita wajib berjanji buat menggapai kebuddhaan yang paling tinggi. Kita seluruh wajib berjanji buat melindungi seluruh insan yang tidak terbatas, melenyapkan bercak hati yang tidak akhir, menekuni tata cara Dharma yang tidak terbatas, serta menggapai kebuddhaan yang paling tinggi. 4 Akad Agung ini merupakan antusias inti dari anutan Jing Sang. Inilah jalur bukti yang wajib kita praktikkan. 4 Akad Agung ini merupakan jalur yang wajib kita tapaki dengan aktif serta penuh antusias. Kita seluruh wajib aktif mengaplikasikan 4 Akad Agung ini supaya anutan Buddha dapat lalu diwariskan selamanya.

Inilah yang diucap aluran Dharma. Buat melanjutkan aluran Dharma, tiap orang wajib mempunyai 4 tutur di dalam batin. Ke dalam hati, kita wajib melatih integritas, bukti, agama, serta intensitas. Dharma memanglah sesederhana itu. Dengan meresap anutan Jing Sang, kita hendak mengetahui kalau penataran pembibitan diri ini bermaksud buat berikan khasiat untuk seluruh insan, bukan untuk pendapatan individu. Kita melatih diri untuk seluruh insan. Dengan begitu, dalam bersumbangsih, dengan cara natural kita hendak leluasa dari kegelisahan. Sehabis melenyapkan kemalaman hati, batin Kamu hendak terbuka serta bercahaya jelas. Kamu hendak mendapatkan pemahaman serta kebijaksanaan Kamu pula bertambah.

Ini merupakan suatu yang tentu. Sebab itu, Buddha berikan ketahui kita kalau orang menanamkan bibit bantuan sendiri, menggarap cerang bantuan sendiri, serta mendapatkan bantuan sendiri. Jadi, seluruh suatu tergantung pada partisipasi kita sendiri.

Tanpa berkontribusi, kita hendak susah terbebas dari beban serta tidak hendak mendapatkan bantuan. Dikala tidak memperoleh perihal yang di idamkan, orang hendak merasa mengidap. Sebab itu, Buddha mengarahkan pada kita kalau dengan menguasai seluruh bukti, kita tidak hendak mempunyai hasrat kemauan. Dengan menguasai Dharma, batin kita hendak merasa rukun tanpa halangan. Sebab itu, kita wajib akseptabel kasih atas budi terhormat Buddha. Kita wajib berikan persembahan dengan ikhlas pada Buddha.

Persembahan kita tidak wajib berbentuk, melainkan wajib berperan dengan cara jelas buat memeriksa Jalur Boshisatwa. Inilah persembahan terbanyak buat Buddha. Bila kita dapat melaksanakannya, hingga seperti itu persembahan paling tinggi untuk Buddha. Tiap hari aku menanya pada diri sendiri,“ Apakah aku telah membagikan persembahan yang sangat ikhlas pada Buddha?” Aku pula menanggapi diri sendiri,“ Terdapat, tentu terdapat.” Seluruh perihal yang aku jalani sejauh hidup ini bukan untuk tujuan lain, melainkan untuk anutan Buddha serta untuk seluruh insan.

Baca Juga : Biografi Tentang Yaśodharā Yang Begitu Cantik

Jadi, Boshisatwa sekaligus, anutan Jing Sang merupakan aktif mengaplikasikan jalur bukti. Tujuannya merupakan buat melindungi seluruh insan yang tidak terbatas, melenyapkan bercak hati yang tidak batasan, menekuni tata cara Dharma yang tidak terbatas, serta menggapai kebuddhaan yang paling tinggi. Apakah ada kamu berjanji semacam ini? Bila terdapat, seperti itu anutan Jing Sang.

Kamu wajib menciptakan akad itu, betul. Kita pula wajib melatih integritas, bukti, agama, serta intensitas supaya dapat membuka pintu ajaran Tzu Chi. di tengah warga, kita wajib meningkatkan 4 Watak Terhormat, ialah cinta kasih tanpa penyanggahan kekecewaan, welas asih tanpa erang kesah, bahagia tanpa kegelisahan, serta penyeimbang hati tanpa pamrih. Tanpa penyanggahan kekecewaan, tanpa erang kesah, merupakan antusias dari 4 Watak Terhormat. Kita wajib meningkatkan 4 Watak Terhormat ini buat turun ke tengah warga. Dengan turun ke tengah warga, kemudian kita dapat memeriksa Jalur Boshisatwa.

Daftar Situs Judi Slot Online Jackpot Terbesar yang akan memberikan anda keuntungan jackpot terbesar dalam bermain judi online, segera daftar dan mainkan sekarang juga!

Sudut Pandang Dharma Dalam Media Social Dan Modernisasi Global

Sudut Pandang Dharma Dalam Media Social Dan Modernisasi Global – Agama Buddha serta ilmu wawasan sudah terus menjadi diperbincangkan selaku 2 perihal yang asri, serta agama Buddha sudah merambah perbincangan ilmu wawasan serta agama. Perihal itu didorong kalau ajaran- ajaran filosofis serta intelektual dalam agama Buddha memberi kecocokan dengan pandangan objektif serta filosofis modern.

fungdham

Sudut Pandang Dharma Dalam Media Social Dan Modernisasi Global

fungdham – Misalnya, agama Buddha mendesak pelacakan kepada akar yang adil ( sesuatu aksi yang diucap selaku Dhamma- Vicaya dalam Kanon Pali), subjek penting riset merupakan diri sendiri. Pada tahun 1993 suatu bentuk yang disimpulkan dari filosofi kemajuan kognitif Jean Piaget diterbitkan beranggapan kalau Buddhisme ialah sesuatu metode berasumsi keempat di luar daya abnormal, ilmu wawasan, serta agama.

Baca Juga : Dampak Buddhisme Pada Musik Pop

Agama Buddha sudah ditafsirkan oleh sebagian golongan selaku logis serta nondogmatis, serta ada fakta kalau ini ialah alasan dari rentang waktu sangat dini dalam sejarahnya, walaupun sebagian golongan mengemukakan pandangan ini diberi pengepresan yang lebih besar di era modern serta beberapa ialah pengertian balik. Tidak seluruh wujud agama Buddha menjauhi ajaran, senantiasa adil pada poin supernatural, ataupun terbuka buat penyingkapan- penyingkapan objektif. Agama Buddha ialah suatu adat- istiadat serta sedi- segi yang bermacam- macam melingkupi fundamentalisme, adat- istiadat kebaktian, serta permohonan pada antusiasme lokal.

Tetapi begitu, sebagian kecocokan sudah dituturkan antara pelacakan objektif serta pandangan Buddhis. Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke- 14, dalam pidatonya pada pertemuan Society for Neuroscience, memuat” kebimbangan mutlak” serta ketergantungan pada sebab- akibat serta empirisme selaku prinsip filosofis biasa yang dipunyai bersama antara agama Buddha serta ilmu pengetahuan

Pada tahun 1974, guru Buddhis Kagyu Chogyam Trungpa meramalkan kalau” agama Buddha hendak tiba ke Barat selaku ilmu jiwa”. Pemikiran ini kelihatannya dikira dengan skeptisisme yang besar pada dikala itu, namun konsep- konsep Buddhis memanglah membuat beberapa besar penerobosan dalam ilmu- ilmu intelektual.

Sebagian filosofi objektif modern, semacam ilmu jiwa Rogerian, membuktikan kesamaan yang kokoh dengan pandangan Buddhis. Sebagian buatan sangat menarik mengenai ikatan antara agama Buddha serta ilmu wawasan lagi dicoba dalam aspek analogi antara teori- teori Yogacara filosofi hal bangunan pemahaman serta hayati evolusioner modern, paling utama DNA. Perihal ini sebab filosofi Yogacara mengenai benih- benih karma bertugas dengan bagus dalam menarangkan permasalahan karakter bawaan/ pembinaan diri.

Orang merupakan insan sosial, insan yang tidak dapat berdiri sendiri. Sosial alat tidak dapat dibantah amat berarti dalam kehidupan orang. Tetapi begitu, kehadiran sosial alat yang tetap bertumbuh bersamaan dengan kemajuan teknologi membagikan 2 bagian, bagus positif ataupun minus. Dengan cara positif, saat ini warga dapat mengakses bermacam data berguna dengan gampang, dapat silih ubah data.

Apalagi signifikansi sosial alat pula menjalar ke dalam aspek lain, bagus politik, ekonomi ataupun agama, dalam kondisi yang positif. Tetapi begitu, di bagian lain, sosial alat pula sudah dipakai oleh tidak sedikit orang yang tidak bertanggungjawab buat membagi koyak warga yang telah bersuatu. Alat sosial dijadikan perlengkapan buat silih memaki, mencacat, mengurangkan serta apalagi silih menewaskan.

Kita kerap mengikuti pernyataan, mulutmu merupakan harimaumu, yang maksudnya perkataan yang tidak teratasi bisa memusnahkan sang juru bicara serta pula area dekat. Dikala sosial alat sedang cuma fokus dengan perkataan yang pergi langsung dari mulut, akibat yang ditimbulkan cuma mempengaruhi kepada banyak orang yang dengan cara langsung mengikuti perkataan yang terucap.

Tetapi saat ini ini, dengan terdapatnya teknologi serta bertumbuhnya sosial alat semacam facebook, Instagram, whatsapp, serta semacamnya, ilham, buah pikiran ataupun catatan terunggah di alat sosial dalam wujud catatan ataupun film itu membagikan akibat yang karakternya lebih padat. Kala suatu catatan diunggah di sosial alat begitu, dalam hitungan detik, banyak orang langsung bisa memandang serta membacanya. Akibatnya hendak terus menjadi besar bila yang mengunggahnya merupakan seseorang public figure dengan ribuan ataupun jutaan followers.

Memandang kejadian ini, kita siuman kalau bila catatan yang diunggah merupakan keadaan yang menghasilkan ketenangan, aliansi, aman, cintakasih, catatan ini juga membagikan akibat yang besar serta besar. Kebalikannya, bila yang diunggah merupakan keadaan yang bersumber pada dendam serta kekerasan, akibat negatifnya pula besar. Buat itu, seorang yang cinta dengan aliansi, ketenangan, serta aman, cuma hendak memakai sosial alat buat menghasilkan keadaan begitu. Kita wajib hati- hati memakai sosial alat. Bila konten dari perihal yang diunggah bertabiat kurang baik, meski kita telah menghilangkan dari akun kita, kala telah diunggah serta dibaca terlebih di- share oleh orang lain, catatan itu susah buat sirna.

Buddha didalam keliru satu khotbahnya berkata, Manusia dilahirkan bersama dengan kapak di mulutnya, di mana seseorang kurang pintar memotong dirinya bersama dengan perkata yang kurang baik. Pasti kapak sanggup dipakai buat kebaikan dan juga pula buat aib. Begitu pula, perkataan pula sanggup berguna dan juga pula sanggup tidak berguna, perihal pada kontennya. Oleh dikarenakan itu, Buddha dan juga tentu saja semua orang yang bijaksana selalu menganjurkan orang buat berjaga- jaga didalam berbicara. Dalam situasi kekinian, seorang harusnya berjaga- jaga didalam Mengenakan sosial alat.

Amat disayangkan sebagian warga di Indonesia dikala ini belum sanggup memakai sosial alat dengan bijaksana. Salah satu kejadian yang kerap kita temui di sosial alat dikala ini di Indonesia merupakan terdapat satu pihak yang mengatakan pihak lain dengan gelar kalangan berudu, sebaliknya pihak yang diucap kalangan berudu membalas dengan gelar kalangan kampret. Aksi itu amatlah tidak wise.

Harga orang disamakan dengan fauna. Bisa jadi seorang berasumsi kalau dengan melaksanakan perihal itu, seorang sudah memuliakan golongan ataupun kubunya. Hendak namun, aksi yang tidak bijaksana ini malah terus menjadi memperuncing atmosfer, terus menjadi memperparah pandangan kelompoknya yang dibanggakan. Pandangan dirinya juga terus menjadi kurang baik, sebab perkata yang dikeluarkan ialah kaca dari isi hatinya. Membalas ucapan dendam dengan dendam tidak hendak menuntaskan permasalahan, namun malah terus menjadi menghasilkan dendam pada pihak lain.

Catatan bertabiat hujatan dendam tidak hendak sempat selesai dengan membalasnya dengan hujatan. Buddha mengatakan dalam khotbahnya, Na hi verena ca verani sammantidha kudacanam; averena ca sammanti, satu dhammo sanantano- Kebencian tidak hendak sempat selesai dengan dendam; namun dendam hendak selesai dengan cinta kasih, inilah hukum yang kekal. Hukum alam yang tertuang dalam statment Buddha ini tidak cuma legal pada orang khusus ataupun warga khusus saj, namun pada siapapun. Oleh karena itu, bila kita cinta dengan ketenangan, kemesraan serta aman, tidak selayaknya kita membalas dendam dengan dendam, namun balaslah dengan cinta kasih.

Nasehat Buddha buat mereka yang menyayangi aliansi serta kesatuan merupakan Hiduplah dengan aliansi, silih bergembira, leluasa dari pertengkaran, berbaur semacam susu serta air, serta memandang satu serupa lain dengan pemikiran penuh kasih. Di mari, aksi, perkataan serta benak yang dilandasi cintakasih amatlah berarti. Meneladani perkataan Buddha ini, seorang seharusnya memakai sosial alat cuma bersumber pada pada cintakasih. Perkerabatan asli dampingi orang tanpa memandang kaum, agama, suku bangsa ataupun kalangan, hendak terjalin bila tiap- tiap orang memandang satu serupa lain dengan cinta kasih, menganggap dengan cinta kasih.

Lalu gimana tindakan kita dalam menjawab sosial alat yang terdapat? Perihal sangat pokok yang seharusnya tiap orang memilikinya merupakan kalau kita selaku orang seharusnya hidup di tengah- tengah warga cuma untuk keceriaan, keselamatan serta khasiat untuk banyak orang. Perihal ini tertuang dalam nasehat Buddha pada para anak didik dia, Untuk kasih cinta, hiduplah untuk keceriaan orang banyak, keselamatan orang banyak serta khasiat orang banyak. Bila prinsip ini kuat mengakar dalam batin, seorang hendak berperan lewat aksi badan, perkataan serta benak untuk keceriaan orang lain. Terpaut dengan pemakaian sosial alat juga, orang begitu tidak hendak asal- asalan unggah ke sosial alat keadaan yang tidak bermanfaat. Beliau hendak memandang apakah yang hendak diunggah itu membagikan khasiat ataukah tidak. Orang begitu tidak hendak bisa jadi unggah keadaan yang esoknya berakibat pada keretakan warga.

Dalam perihal ini, catatan yang diserahkan oleh Buddha berarti buat dipikirkan. Dalam khotbah- khotbahnya, dia senantiasa berkata kalau dirinya cuma hendak melafalkan kata- tutur yang aktual, betul, serta yang terutama berguna. Meski perkata itu aktual serta betul, namun bila tidak berguna, dia tidak hendak berdialog. Catatan ini membagikan nasehat pada kita kalau cuma dialog yang berguna saja yang seharusnya dibahas. Pemakaian sosial alat pula seharusnya dicoba dengan cara serupa. Meski suatu catatan ialah peristiwa yang jelas serta betul, namun bila sehabis dipikirkan dikenal kalau catatan itu dapat menghasilkan keadaan yang tidak bagus semacam keretakan, pertengkaran ataupun bentrokan, seharusnya tidak butuh dikatakan.

Dalam peluang lain, dibilang kalau seseorang bijak senantiasa melafalkan kata- tutur dengan 4 aspek di dalamnya, ialah subhasitam bhasati, dhammam bhasati, piyam bhasati serta saccam bhasati. Subhasitam bhasati merupakan melafalkan perkata yang tidak mengurangkan ataupun menghina orang lain. Dhammam bhasati merupakan melafalkan perkata yang bermanfaat serta berguna. Piyam bhasati merupakan melafalkan perkata yang dilandasi cintakasih. Saccam bhasati merupakan melafalkan perkata yang betul, bukan dusta. Inilah pula yang mendasari sebenarnya Buddha membagikan bimbingan kemoralan pada para pengikutnya buat melatih diri menjauhi 4 berbagai perkataan, ialah dusta( musavada), tuduhan( pisunavaca), perkata agresif( pharusavaca) serta perkata tidak berguna( samphappalapa).

Persoalan bisa jadi timbul kalau terdapat kalanya mereka yang unggah ucapan dendam ataupun catatan hoax di sosial alat tidaklah yang tanpa pembelajaran ataupun bukan tanpa agama. Sering- kali mereka merupakan banyak orang yang berakal, berkeyakinan serta mempengaruhi di warga. Bukankah mereka siuman kalau aksi mereka itu tidak betul, aksi mereka menentang anutan agama yang mereka memeluk? Kenapa mereka sedang melaksanakan keadaan yang mudarat banyak orang begitu? Perihal ini diakibatkan sebab mereka tidak mempunyai 2 perihal ialah hiri serta ottappa. Hiri merupakan malu melakukan kejam, sebaliknya ottappa merupakan khawatir hendak akibat dari aksi kejam. Meski seorang berterus terang berkeyakinan, bila 2 mutu hati ini tidak dibesarkan dalam dirinya, kesalahan hendak dicoba. Butuh dicatat kalau seorang hendak betul- betul sanggup melakukan aturan- aturan kemoralan yang menjauhi kesalahan perkataan serta aksi badan bila 2 mutu hati ini terdapat dalam dirinya.

Lebih lanjut, seluruh wujud kesalahan tercantum kesalahan yang dicoba di sosial alat diakibatkan sebab 3 perihal selaku akarnya, ialah keserakahan( lobha), dendam( kesalahan) serta kebegoan( moha). Sebab keserakahan kepada harta barang, ketenaran ataupun kebahagiaan inderawi yang lain, seorang dapat melaksanakan kesalahan, tercantum kesalahan lewat pemakaian sosial alat. Begitu pula, dendam bersama anak cucunya ialah marah, marah, cemburu batin, dengki, dan lain- lain pula jadi pemicu timbulnya perbuatan- perbuatan kurang baik.

Sedangkan itu, kebegoan selaku pemicu kesalahan merupakan ketidaktahuan mana yang berguna serta mana yang tidak berguna, mana yang selayaknya dibiarkan serta mana yang selayaknya dibesarkan. Selaku ilustrasi, kerapkali kita menciptakan gimana atas julukan agama seorang dapat melaksanakan kesalahan. Salah satu faktornya merupakan suatu kemelekatan yang berkata kalau Cuma anutan inilah yang betul sebaliknya yang lain salah. Dalam agama Buddha pemikiran begitu berasal dari ketidaktahuan( moha) kalau menempel erat- erat apalagi kepada pemikiran khusus pula ialah karena bentrokan. Ini terjalin di mana- mana. Banyak ucapan dendam atas julukan agama sebab diakibatkan orang yang berterus terang dirinya berkeyakinan begitu cuma memandang kalau agamanya saja yang terdapat bukti. Mereka tidak membuka diri kalau kebaikan pula terdapat di dalam agama- agama lain. Bersumber pada pada perihal ini, seorang seharusnya berusaha buat melenyapkan lobha, kesalahan serta moha.

Bersumber pada pada ulasan di atas, kita seharusnya menjawab pesan- pesan yang terdapat di sosial alat dengan bijak. Saat sebelum kita unggah catatan sendiri ataupun sharing catatan orang lain, kita seharusnya memandang dari khasiat serta kehilangan yang dapat ditimbulkan dari catatan itu. Bila dikenal kalau pesannya membagikan kehilangan, lebih bagus tidak diunggah. Namun bila pesannya menaburkan aliansi, ketenangan serta kemesraan, dapat kita unggah. Buat perihal ini, bila terdapat catatan dari orang lain, hendaknya di check serta recheck kebenarannya. Sehabis di­recheck kebenarannya, khasiatnya juga seharusnya dipikirkan. Meski betul bila tidak terdapat khasiatnya, itu juga tidak butuh diunggah.

Baca Juga : Mengenal Tentang Agama Buddha Gautama lebih Jauh

Lebih lanjut, dalam menjawab pesan- pesan yang bermuatan ucapan dendam, seorang seharusnya senantiasa berlagak hening, tidak butuh terhasut, sebab membalasnya dengan kebenciaan dikala benak terhasut, perihal itu tidak hendak menuntaskan permasalahan. Tenangkan benak, lenyapkan dendam, serta kemudian membalasnya dengan perkata yang bijaksana yang bawa pada ketenangan serta kemesraan.

Pemakaian sosial alat dengan cara segar begitu semacam yang diulas di atas hendak bawa pada aliansi, kemesraan serta persaudaran asli untuk warga Indonesia tanpa memandang kaum, suku bangsa, agama ataupun kalangan. Dengan begitu, Indonesia hendak jadi bangsa yang kokoh, tidak gampang rusak, tidak gampang diadu biri- biri oleh banyak orang yang membutuhkan keretakan untuk Indonesia.

Daftar Situs Judi Slot Online Jackpot Terbesar yang akan memberikan anda keuntungan jackpot terbesar dalam bermain judi online, segera daftar dan mainkan sekarang juga!

Dampak Buddhisme Pada Musik Pop

Dampak Buddhisme Pada Musik Pop – Seniman pop telah mengintegrasikan tema-tema Buddhis, seperti hidup pada saat ini dan penderitaan yang disebabkan oleh keinginan dan keinginan sejak munculnya musik pop. Bintang pop tertentu, bagaimanapun, telah membawa keterlibatan mereka dengan Buddhisme ke tingkat yang baru. Laurie Anderson dan almarhum suaminya yang terkenal Lou Reed akan mencerminkan studi dharma mereka sendiri dalam karya mereka selanjutnya, dan penyair/baladeer Leonard Cohen akan mengambil praktik Zen yang serius di tahun sembilan puluhan.

Dampak Buddhisme Pada Musik Pop

 Baca Juga : Pengaruh Besar Buddhisme Pada Musik Jazz

fungdham – Tanyakan kepada orang-orang tentang agama Buddha dan musik modern, dan Anda hampir pasti akan mendengar komentar tentang lagu hit kd lang tahun 1992 yang subur dan bertahan lama, dengan lirik kerinduan yang tidak pernah terpenuhi: “’Constant Craving’ is all about samsara.” Bahkan umat Buddha yang tidak tahu bahwa lang adalah seorang praktisi yang berdedikasi tampaknya menghubungkannya.

“Saya pikir dharma telah menjadi bagian dari diri saya, dalam hidup ini, sejak sebelum saya menemukan guru saya,” kata lang. “Ketika saya bertemu Lama Gyatso Rinpoche, saya merasakan hubungan dan pengabdian langsung, dan kemudian mendedikasikan sepuluh tahun berikutnya, sampai kematiannya, kepadanya. Saya masih terus memberikan ‘kehidupan sipil’ saya untuk dharma.”

Tidak ada survei tentang pengaruh agama Buddha pada musik yang akan lengkap tanpa menyebutkan Adam Yauch dari Beastie Boys. Pada tahun 80-an, The Beastie Boys menjadi terkenal karena kekuatan lagu pesta parau “(You Gotta) Fight for Your Right (To Party)” dan “Brass Monkey.” Namun, pada pertengahan 90-an, musik grup rap beralih ke arah spiritual dengan lagu-lagu seperti “Shambala” dan “Bodhisattva Vow.” “ Saat saya mengembangkan pikiran pencerahan, saya memuji para Buddha saat mereka bersinar,” rap Yauch pada lagu terakhir. “ Menghormati Shantidiva dan semua yang lain/Yang menurunkan dharma untuk saudara dan saudari.”Yauch mengundang biksu dari Tibet untuk tampil di tur Lollapalooza; ia mendirikan Milarepa Fund, sebuah organisasi yang mendukung kemerdekaan Tibet. Ketika Yauch meninggal karena kanker pada usia 47 tahun, juru bicara Dalai Lama mengutip Yang Mulia yang mengatakan, “Adam telah membantu kami meningkatkan kesadaran akan penderitaan rakyat Tibet dengan mengorganisir berbagai konser kebebasan Tibet dan dia akan dikenang oleh Yang Mulia. dan orang-orang Tibet.”

Di dunia musik, ceritanya seperti ini: Di ​​akhir usia paruh baya, setelah seumur hidup anggur, wanita dan kata-kata, Leonard Cohen bersumpah untuk menjadi seorang biksu Buddha. Kebenarannya sedikit lebih bernuansa. Pada tahun 70-an, Cohen mulai mengunjungi Mount Baldy Zen Center. Setelah mempelajari Buddhisme Zen selama bertahun-tahun, Cohen menjadi biksu pada pertengahan tahun 90-an, dengan nama Jikan yang berarti “keheningan yang mulia.” Cohen, bagaimanapun, kembali ke mata publik setelah waktunya dihabiskan dalam penyendiri, terinspirasi oleh waktunya di pusat Zen. Tema Zen juga muncul dalam puisi Cohen, terutama dalam Buku Kerinduannya .

Sama seperti Leonard Cohen, “The Queen of Rock ‘n’ Roll”, perjalanan Buddhis Tina Turner dimulai pada tahun 70-an dan semakin dalam dari sana. Tidak mengherankan, sebagian besar hubungan legenda R&B dengan Buddhisme datang melalui suara—khususnya, nyanyian Nam-myoho-renge-kyo (“Saya mengabdikan diri pada Sutra Teratai ”), praktik utama Buddhisme Nichiren dan komunitas Buddhis Turner, Soka Gakkai International. Ketika ditanya tentang bagaimana hal itu membuat kehidupan yang terkenal sulit menjadi lebih baik, Turner mengatakan: “Saya merasa damai dengan diri saya sendiri, lebih bahagia dari sebelumnya, dan itu bukan dari hal-hal materi. Berlatih kata-kata Nam-myoho-renge-kyobegitu lama telah menempatkan saya dalam kerangka berpikir lain, sehingga bahkan ketika saya tidak berlatih selama sehari atau seminggu, saya masih merasa bahagia. Tapi saya berlatih. Nyanyian itu membuat Anda nyaman karena menghilangkan sikap mental yang tidak nyaman.”

Berkecimpung dalam berbagai bentuk musik – dari musik kamar klasik hingga disko hingga country hingga pop – Arthur Russell menentang kategorisasi, tetapi satu-satunya utas konstan di seluruh karyanya mungkin saja adalah praktik Buddhis Russell. Russell mempelajari Buddhisme Vajrayana di bawah bimbingan Yuko Nonomura. Rod Meade Sperry berbicara dengan Steve Knutson dari Audika Record tentang album anumerta musisi Arthur Russell Iowa Dream di Lion’s Roar Podcast. Dengarkan di sini.

 Baca Juga : Pendeta Gary Davis Pertahankan Iman Bersama G. Bruce Boyer 

Artis lain yang mengambil inspirasi dari dharma adalah RZA dari grup rap legendaris, Klan Wu-Tang. Dari rilis penting grup Enter the Wu-Tang (36 Chambers) hingga soundtrack filmnya ( Kill Bill, Ghost Dog ), kreativitas RZA tampaknya tak terbatas. “Ketika saya berada di Cina Saya melihat semua Buddha yang berbeda,” tercermin RZA ketika ia berbicara dengan Lion Roar. “Saya melihat seorang buddha gemuk besar. Saya melihat buddha biasa berdiri. Saya melihat buddha yang menangis. Saya melihat buddha yang mabuk. Dan itu mengejutkan saya sebagai wahyu bahwa ini adalah cara yang berbeda untuk mencapai pencerahan.”

Tokoh pop tambahan seperti Boy George, Courtney Love, Belinda Carlisle, dan Duncan Sheik, serta mendiang penyanyi Phoebe Snow, juga terlibat dalam praktik Buddhisme Nichiren. Devendra Banhart mempraktikkan Buddhisme Rasayana. Kaia Fischer dari band indie Rainer Maria juga merupakan pengikut filosofi Buddha Tibet.

Daftar Situs Judi Slot Online Jackpot Terbesar yang akan memberikan anda keuntungan jackpot terbesar dalam bermain judi online, segera daftar dan mainkan sekarang juga!

Pengaruh Besar Buddhisme Pada Musik Jazz

Pengaruh Besar Buddhisme Pada Musik Jazz – Pengaruh agama Buddha pada musik jazz sangat besar. Sebagai bagian dari tinjauan umum kami tentang pengaruh agama Buddha pada musik modern, kami menyediakan survei terhadap para seniman yang terinspirasi oleh dharma untuk mendobrak penghalang dan mencari pemandangan musik baru.

Pengaruh Besar Buddhisme Pada Musik Jazz

 Baca Juga : Heavy Dharma: Musik Metal yang Ditempa Oleh Buddhisme

fungdham – Bersamaan dengan munculnya pengaruh Buddhisme pada komposer klasik, seniman jazz menemukan bahwa fokus yang diciptakan oleh latihan meditasi membuka pintu kreatif baru. Pianis Herbie Hancock , pemain buluh Wayne Shorter dan Bennie Maupin, dan bassis Buster Williams semuanya adalah praktisi Buddhisme Nichiren; penyanyi Tamm E. Hunt adalah penganut Buddha Mahayana; Joseph Jarman dari Art Ensemble of Chicago yang terkenal adalah seorang pendeta Jodo Shinshu.

Tanpa meditasi, salah satu pencapaian tinggi genre ini mungkin tidak akan pernah ada dalam rekaman. Seperti ceritanya , John Coltrane sedang bermeditasi di suatu pagi ketika bentuk dan motif albumnya, A Love Supreme , muncul sepenuhnya dalam pikirannya. Demikian pula, legenda jazz Wayne Shorter menghasilkan karya tiga-cakram akhir karir, Emanon , yang mencerminkan praktik Buddhisme Nichiren.

Drummer jazz Jerry Granelli mengatakan: “Saya tidak datang ke dharma untuk menjadi musisi yang lebih baik. Saya telah mencapai sebagian besar dari apa yang saya harapkan. Tapi aku tidak tahu bagaimana menjadi manusia.” Pada usia 80, drummer jazz dan guru musik-dan-meditasi sama vital dan inventifnya seperti yang diharapkan oleh seniman mana pun. (Untuk menyelam lebih dalam ke dalam karya Granelli – apa yang dia sebut sebagai “lukisan ritme”, lihat daftar putarnya: This Is Jerry Granelli 2020 .)

 Baca Juga : Reverend Gary David Menghabiskan Seluruh Hidupnya Sebagai Penyanyi

Sebagai seorang musisi jazz, ia membuat nama untuk dirinya sendiri muda. Itu adalah permainan drum Granelli yang berusia 22 tahun di lagu tema “Linus and Lucy” yang dipopulerkan Vince Guaraldi, The Peanuts. Dia bermain dengan orang-orang seperti Carmen McRae, Bill Evans, dan Sly Stone, tetapi pada saat dia bertemu gurunya, Chögyam Trungpa, pada awal 1970-an, dia berada di persimpangan jalan: lelah, dan mungkin bahkan “selesai dengan musik selamanya. ” Tetapi Trungpa Rinpoche mengatakan kepadanya, “tidak, tidak, di situlah barang asli Anda akan muncul.”

engan menerapkan keterbukaan dan fokus itu, para pionir jazz ini membantu menyiapkan panggung bagi generasi baru musik penghancur genre yang terinspirasi Buddhis.

Daftar Situs Judi Slot Online Jackpot Terbesar yang akan memberikan anda keuntungan jackpot terbesar dalam bermain judi online, segera daftar dan mainkan sekarang juga!